Sekalipun korupsi merupakan kejahatan, namun untuk melakukannya
nampaknya dibutuhkan keahlian khusus dan kepiawaian. Bagaimana tidak,
para koruptor ini harus berpikir ekstra keras mencari ide agar aksinya
mulus dan tak terbongkar. Tak jarang mereka pun menggunakan kode-kode
rahasia atau sandi sebagai isarat agar tak terkuak oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dan tak kalah pintar KPK pun alat penyadap
untuk membongkar sandi-sandi yang digunakan para tikus berdasi tersebut.
Lalu kode rahasia apa saja yang pernah digunakan para koruptor sebagai
isarat bertransaksi ?
Mulai dari pengajian
Istilah pengajian yang selama ini dikenal adalah menghadiri acara
keagamaan. Namun bagi seorang koruptor, bertemu di pengajian adalah di
hotel untuk melakukan transaksi. "Nanti ketemu di pengajian ya," kata
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas saat berceramah di depan ribuan umat
Islam di Gedung Majelis Tafsir Al Quran Solo Jawa Tengah Minggu (21/10)
melansir dari Merdeka. Busyro mengetahui hal itu saat penyidik KPK
melakukan penyadapan kepada koruptor yang tengah dibidik. Dari situ, KPK
mengetahui percakapan antara koruptor dengan rekannya. Anehnya lagi,
saat hendak bertemu dan menyanggupi akan melakukan pertemuan malah
bilang Insya Allah. "Ini tentu penghinaan bagi umat Islam," kata Busyro.
Ketua Besar
Ketua Besar Istilah ini sudah lama terdengar. Beberapa waktu lalu
istilah ini ramai lagi saat staf pemasaran Grup Permai Mindo Rosalina
Manulang menjadi saksi dalam persidangan kasus dugaan penerimaan suap
kepengurusan anggaran proyek di Kementerian Pendidikan Nasional serta
Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan terdakwa Angelina Sondakh, di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, dua pekan lalu. Rosa akhirnya
buka mulut. Istilah Ketua Besar merujuk kepada nama Ucok. Nama Ucok itu
rupanya hanya panggilan saja. Beberapa orang menyebut, Ketua Besar
mengarah kepada Mantan Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) Mirwan Amir.
Soal tudingan ini, Mirwan pernah membantahnya. "Saya enggak kenal siapa
itu (Ucok). Nama saya Mirwan Amir," kata Mirwan.
Apel Malang dan Apel Washington
Apel Malang dan Apel Washington Sandi Apel Malang dan Apel Washington
ini muncul dalam transkrip blackberry messenger (BBM) antara Angelina
Sondakh dengan Rosa. Rupanya, istilah Apel Malang adalah untuk menyebut
rupiah, sedang Apel Washington untuk dolar Amerika. "Tugas aku kalo
diminta Ketua Besar harus menyediakan, soalnya apelnya beda rasanya,
asli malang jadi ga ada duanya. Huahaaaa, jadi kalo boleh disediakan
apel malang yang seger ya, kalo ketua besar kenyang kita khan enak"
tulis Angie kepada Rosa.
Pelumas dan Semangka
Pelumas dan Semangka Sandi atau kode ini masih digunakan oleh orang yang
sama, yaitu Angie dengan Rosa. Saat menjadi saksi dalam kasus suap
Wisma Atlet dengan terdakwa Muhammad Nazaruddin waktu itu, Rossa
mengatakan, istilah pelumas artinya uang, sedangkan semangka mengarah
kepada permintaan dana. Menurut Rosa, istilah itu sengaja diciptakan
oleh Angie. "Istilah itu Angelina Sondakh yang bilang. Katanya biar
tidak terlalu vulgar," tutur Rosa.
Kiai, ustaz dan pesantren
Istilah itu muncul saat KPK melakukan penyidikan dalam kasus dugaan
korupsi proyek pengadaan Alquran di Kementerian Agama. Dalam percakapan
antara Fahd A. Rafiq, dan Dendy Prasetya, Fahd kerap menitip pesan
kepada Dendy seperti, Itu jatah ustaz dan pesantren, jangan diutak-atik.
Pada kesempatan lain, Fahd berpesan, Apakah kaveling untuk kiai sudah
disediakan? Istilah kiai, ustaz, dan pesantren, diduga merupakan sandi
bagi para penerima dana hasil proyek tersebut. Kiai merujuk pada para
politikus di Senayan, ustaz untuk para pejabat di Kementerian Agama,
sedangkan pesantren untuk partai politik.
Merah, biru dan kuning
Kalau istilah ini muncul dalam kasus suap alokasi Dana Penyesuaian
Infrastruktur Daerah (DPID) dengan terdakwa Wa Ode Nurhayati. Warna
seperti merah, biru, dan kuning, atau kode K atau P, P1, P2, P3, dan P4.
Kode-kode tersebut ditulis untuk membedakan penerima jatah DPID untuk
para pimpinan banggar DPR. Hal tersebut diketahui dari penyitaan laptop
milik staf badan anggaran, Nando, saat KPK menggeledah ruang kerjanya di
DPR. Dalam persidangan beberapa waktu lalu, Tamsil Linrung yang
bersaksi untuk Wa Ode, mengakui adanya penggunaan kode tertentu di
Banggar. Saat itu, Tamsil mengungkap bahwa kode-kode tersebut diurus
oleh Nando selaku staf Banggar di DPR. "Ada kode-kode untuk memudahkan
bahwa ini (usulan penerima alokasi DPID) dari fraksi ini, ini (usulan)
dari komisi ini," ujarnya.
artikel ini di copy dari : 6 Kode Rahasia Para Koruptor untuk Kelabuhi KPK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, Silahkan Tinggalkan Komentar Anda...