1.Fenomena Jenazah Para Kudus yang Tak Rusak
Sepanjang sejarah Gereja, kita jumpai adanya fenomena yang menarik,
yaitu jenazah beberapa orang kudus yang tidak rusak. Namun, ada beberapa
orang yang menolak adanya fenomena ini dengan alasan, jenazah para
kudus itu diberi lilin atau disimpan dalam peti yang kedap udara.
Memang benar beberapa jenazah para kudus itu diberi lilin dan disimpan
dalam peti yang kedap udara. Akan tetapi, sebelum hal itu dilakukan,
jenazah mereka telah terkubur di dalam tanah bertahun-tahun lamanya;
waktu yang lebih dari cukup untuk membusukkan suatu jenazah. Selain itu,
jenazah yang diberi lilin hanyalah bagian-bagian tertentu saja dari
potongan tubuhnya. Oleh karena itu, seharusnya bagian yang tak diberi
lilin pun akan membusuk, tetapi kenyataannya bagian yang tak diberi
lilin itu juga tidak rusak.
Jenazah para kudus yang tak rusak ini ditemukan di lingkungan-lingkungan
yang berbeda, termasuk dalam lingkungan yang sangat mendukung
pembusukan jenazah. Beberapa di antaranya dalam temperatur yang cukup
tinggi untuk membusukkan jenazah, kelembaban yang besar, bahkan ada yang
tergenang dalam rawa. Padahal, sebelumnya jenazah itu tidak pernah
mengalami proses pengawetan sama sekali. Jenazah-jenazah itu tetap bebas
dari pembusukan sekalipun lingkungannya memiliki unsur-unsur yang
lengkap untuk membusukkan jenazah. Yang lebih mengherankan lagi adalah
sebagian besar jenazah itu adalah orang-orang kudus dalam Gereja
Katolik. Bagaimana mungkin alam dapat memilih jenazah?
Selain kondisi jenazah yang tak rusak (inkoruptibilitas) ada pula tanda
lain, yaitu keharuman surgawi. Ini merupakan sebuah fenomena yang
beberapa kali ditemukan saat jenazah atau makam orang-orang kudus
tertentu dibongkar. Keharuman ini biasanya tak dapat dibandingkan oleh
keharuman apa pun di dunia. Kardinal Lambertini mengatakan ini sebagai
sebuah mujizat, karena hampir tidak mungkin jenazah tidak berbau busuk.
Dan lebih tidak mungkin lagi, ada jenazah yang harum. Hal ini hanya
mungkin terjadi jika ada campur tangan kuasa adikodrati, yaitu kuasa
Allah sendiri. Akan tetapi, perlu diingat bahwa iblis pun bisa
mengeluarkan bau harum. Oleh karena itu, tanda keharuman ini harus
dikaitkan dengan kekudusan orang tersebut ketika masih hidup.
Kardinal Prospero Lambertini, yang di kemudian hari menjadi Paus
Benediktus XIV (1675-1758), menulis lima jilid buku berjudul “De
Beatificatione Servorum Dei et de Beatorum Canonizatione.” Di dalamnya
ia menulis pula tentang fenomena jenazah yang tak rusak ini, dengan
judul “De Cadaverum Incorruptione.” Tulisan Kardinal Lambertini ini
sampai sekarang tetap menjadi bahan referensi untuk kasus-kasus semacam
ini.
Kriteria dari jenazah yang tak rusak adalah setelah dikubur selama
bertahun-tahun tanpa mengalami proses pengawetan, tetap dapat
mempertahankan rona, kesegaran, dan kelenturan seolah-olah hidup setelah
mati bertahun-tahun. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang luar
biasa, dapat dikatakan suatu mujizat. Ketidakrusakan jenazah, bisa
menjadi salah satu tanda kekudusan seseorang. Secara spiritualitas,
tanda demikian merupakan indikasi bahwa jenazah orang tersebut
dipersiapkan untuk kebangkitan tubuh dengan mulia.
Akan tetapi, tidak semua para kudus itu jenazahnya utuh sepenuhnya. Ada
juga yang hanya bagian-bagian tertentu saja yang utuh, sedangkan bagian
lainnya hancur secara alami. Hal ini berlaku misalnya pada St. Yohanes
Krisostomos, si lidah emas. Semasa hidupnya ia banyak mewartakan
kebenaran iman dan membela ajaran iman Katolik. Berkat kotbah-kotbahnya,
banyak orang yang tersentuh dan mengalami pertobatan. Setelah ia wafat,
beberapa tahun kemudian kuburnya dibongkar dan didapatkan lidahnya
masih utuh sekalipun bagian tubuh lainnya sudah hancur.
Fenomena-fenomena ini memang menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa
beberapa jenazah para kudus itu bisa tahan bertahun-tahun, bahkan
beberapa dekade, dan bahkan ada yang tahan beberapa abad? Akan tetapi,
kemudian mengapa setelah tahan sedemikian lamanya jenazah itu pun
akhirnya hancur secara alami? Bagaimana mungkin ada bagian tubuh yang
masih bisa bertahan utuh padahal sudah terpisah dari badannya? St.
Bernadette dan St. Therese dari Lisieux sama-sama gadis Perancis yang
hidup di abad ke-19. Mereka sama-sama masuk biara pada usia muda dan
meninggal pada usia muda. Akan tetapi, mengapa jenazah St. Bernadette
utuh, sedangkan jenazah St. Therese ditemukan telah hancur secara alami
ketika makamnya dibongkar? Jadi, mengapa tidak semua orang kudus
jenazahnya utuh?
Gereja selalu menganjurkan agar kita mencari alasan ilmiahnya terlebih
dahulu jika menemukan jenazah yang tidak rusak. Akan tetapi, memang
dalam banyak kasus para ilmuwan masih belum dapat memberikan penjelasan
ilmiahnya. Walau demikian, Gereja mengatakan bahwa jenazah yang tidak
rusak tidak menjamin bahwa orang itu kudus. Memang betul, jenazah yang
tidak rusak bisa menjadi tanda kekudusan, tetapi bukan berarti kalau ada
jenazah yang tidak rusak, orang tersebut otomatis kudus. Kita perlu
melihat bagaimana kehidupan orang itu, segala kebajikan-kebajikan selama
hidupnya, singkatnya mengkaitkannya dengan kekudusan orang tersebut
secara keseluruhan.
2. Beato Yohanes XXIII
Pada suatu hari, Paus Yohanes Paulus II memerintahkan agar jenazah Paus
Yohanes XXIII dipindahkan ke bagian atas dari Basilika St. Petrus agar
umat beriman dapat datang mendekati jenazahnya dengan lebih mudah untuk
menghormatinya. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Januari 2001
dilakukanlah pembongkaran makam Paus Yohanes XXIII yang dilakukan oleh
Kardinal Sodano, Sekretaris Negara Tahta Suci, Kardinal Noe, Imam Agung
Basilika St. Petrus, dan Leonardo Sandri. Selain itu, identifikasi
jenazah merupakan prosedur yang normal dalam proses kanonisasi. Paus
Yohanes XXIII telah dinyatakan sebagai Beato pada tanggal 3 September
2000. Jadi, tujuan lain pembongkaran makam ini adalah karena Paus
Yohanes Paulus II ingin semakin menegaskan kekudusan dari paus
pendahulunya tersebut. Kardinal Noe mengatakan bahwa pemeriksaan jenazah
merupakan salah satu langkah penting dalam proses kanonisasi.
Paus Yohanes XXIII meninggal tanggal 3 Juni 1962. Hal ini berarti ketika
pembongkaran makam dilakukan, jenazahnya telah terkubur selama sekitar
39 tahun! Namun, apa yang terjadi? Begitu peti jenazah dibuka,
orang-orang terkejut melihat keadaan jenazah sang beato. Dalam
kesaksiannya, Kardinal Noe mengatakan bahwa wajah Beato Paus Yohanes
XXIII tampak “utuh dan damai.” Laporan resmi menyatakan, “Begitu kain
selubung dibuka, wajah Beato tampak utuh, dengan kedua mata tertutup dan
mulut sedikit terbuka, dengan roman muka yang segera mengingatkan orang
pada penampilan familiar paus yang dihormati itu.” Kedua tangan Bapa
Suci yang masih menggenggam sebuah rosario, juga masih utuh. Setelah
diperiksa secara resmi, jenazah disemprot dengan bahan anti bakteri dan
peti pun disegel kedap udara.
3. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak
Sebuah buku yang berjudul “The Incorruptibles” (Tan Books, 1977)
melaporkan sedikitnya ada 102 orang kudus dalam Gereja Katolik yang
jenazahnya tidak rusak. Oleh karena itu, banyak umat beriman yang
melihat fenomena jenazah yang tak rusak ini sebagai salah satu tanda
kekudusan.
Santa Sesilia adalah orang kudus pertama yang ditemukan jenazahnya tidak
rusak. Ia meninggal sebagai martir pada tahun 177 M di Roma. Pada tahun
1599 jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak membusuk.
Santa Agata meninggal pada tahun 251 M. Akan tetapi, pada abad ke-11,
jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak rusak. Bagian dari tubuhnya
yang tidak rusak itu masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Santa Bernadette Soubirous menerima penampakan dari Bunda Maria di
Lourdes, Perancis. Ia meninggal pada tahun 1879, dan makamnya dibongkar
20 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1909. Saat itu ditemukan bahwa
jenazahnya masih utuh dan sama sekali tidak ada kebusukan. Sepuluh tahun
kemudian, tepatnya tahun 1919, kembali untuk keduanya kalinya makamnya
dibongkar kembali. Dan untuk kedua kalinya pula ditemukan jenazahnya
masih utuh. Pada tahun 1923 makamnya dibongkar untuk ketiga kalinya, dan
ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada saat itu tubuhnya dibuka, dan
didapatkan organ-organ tubuhnya masih lemas. Ketika 46 tahun kemudian
sesudah St. Bernadette wafat, para dokter melaporkan bahwa lever (hati)
St. Bernadette masih lembut dan hampir seperti lever orang hidup yang
normal. Saat ini, jenazahnya disimpan dalam kapel St. Bernadet di
Nevers, Perancis. Semua orang masih dapat melihat jenazahnya yang utuh
hingga saat ini.
Jenazah St. Teresa Avila (1515-1582) juga ditemukan tidak membusuk.
Padahal, St. Teresa Avila dikubur di dalam lumpur yang basah.
Ketika St. Yohanes Salib meninggal tahun 1591, ia dimakamkan di bawah
lantai sebuah gereja. Ketika makamnya dibuka 9 bulan kemudian,
jenazahnya masih segar dan lengkap. Bahkan ketika jarinya dipotong untuk
dijadikan relikwi, tubuhnya mengeluarkan darah sebagaimana layaknya
seorang yang masih hidup. Setelah itu, kembali 9 bulan kemudian makamnya
dibuka untuk kedua kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih tetap dalam
keadaan segar. Pembongkaran makam St. Yohanes Salib dilakukan lagi tahun
1859 dan 1909, dan jenazah tetap ditemukan dalam keadaan segar.
Pembongkaran terakhir dilakukan tahun 1955, ini berarti sekitar 400
tahun sesudah wafatnya. Saat itu ditemukan jenazahnya masih utuh belum
mengering dan masih lentur, walau ada sedikit perubahan pada warna
kulitnya.
Seorang suster yang kudus dari Italia bernama St. Klara dari Montefalco
ketika masih hidup berkata kepada para suster lainnya, “Jika engkau
mencari salib Kristus, ambillah hatiku, dan engkau akan mendapatkan
Kristus yang sedang menderita di sana.” Beberapa tahun setelah
kematiannya, makamnya dibongkar. Saat itu, bukan saja ditemukan tubuhnya
yang masih utuh. Bahkan, ketika para suster mengambil hatinya,
ditemukan di sana tergores jelas sekali salib Kristus secara tipis,
lengkap dengan kelima luka-Nya.
St. Sharbel Makhlouf adalah seorang rahib suci dari Lebanon. Setelah
wafatnya, selama 45 malam makamnya memancarkan suatu cahaya yang khas.
Menurut tradisi, jenazah biasanya membusuk dalam waktu 45 hari. Oleh
karena itu, 45 hari kemudian makamnya dibongkar dan ditemukan jenazahnya
masih utuh. Padahal dalam waktu 45 hari itu sempat ada hujan deras
sekali sehingga jenazahnya ditemukan terendam di genangan lumpur.
Kemudian jenazah St. Sharbel dikenakan pakaian baru dan dimasukkan ke
dalam peti kayu, namun tubuhnya mengeluarkan minyak begitu banyaknya
sampai-sampai bajunya harus diganti dua kali. Tahun 1927, berarti 29
tahun kemudian setelah kematiannya, makamnya kembali dibongkar dan
dijumpai jenazahnya masih utuh dan lemas seperti tubuh orang hidup.
Setelah itu ia dikuburkan kembali. Tahun 1950 para peziarah
memperhatikan adanya minyak yang khas keluar dari makamnya. Saat itu
banyak orang mengalami kesembuhan karena minyak tersebut. Akhirnya,
kuburnya dibongkar kembali dan didapati jenazahnya masih utuh. Tubuh St.
Sharbel ini tidak rusak selama 67 tahun dan akhirnya hancur seluruhnya
pada tahun 1965.
4. Kaitan antara Kecantikan Fisik dan Kecantikan Rohani
Semua orang mengatakan Bunda Maria sangat cantik tiada taranya, dan kita
ketahui Bunda Maria adalah manusia terkudus sepanjang masa. Mereka yang
pergi ke Nottuno, Italia, dapat memandang kecantikan dari St. Maria
Goretti, dan bahkan sekalipun Beato Yohanes XXIII tidak dibilang tampan
tetapi banyak orang senang memandang wajahnya. Pada kenyataannya, ada
banyak jenazah para kudus yang ditemukan tidak rusak walau sudah
meninggal bertahun-tahun lamanya. Adakah hubungannya antara kekudusan
dengan kecantikan atau ketampanan?
Fenomena jenazah yang tak rusak ini mengajarkan banyak hal kepada kita.
Fenomena ini mengingatkan kita bahwa iman kita tidak hanya mempengaruhi
rohani kita saja tetapi juga jasmani kita. Penjelmaan Allah menjadi
manusia dalam diri Yesus Kristus adalah sesuatu yang supernatural tetapi
sekaligus sungguh nyata, ada dalam sejarah. Demikian pula
kebangkitan-Nya merupakan hal yang adikodrati, tetapi sekaligus
sungguh-sungguh riil.
Dengan kata lain, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak
menyampaikan kepada kita bahwa ada keterkaitan yang erat antara dunia
rohani dan dunia jasmani. Bukankah Allah dikatakan Mahakudus, tetapi
sekaligus juga dikatakan Mahaindah? Memang kita tidak dapat merumuskan
dengan tepat keterkaitan antara jiwa dan raga kita. Akan tetapi, apa
yang kita lakukan terhadap jiwa kita akan mempengaruhi tubuh kita.
Sebaliknya, apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita akan mempengaruhi
jiwa kita.
Pada zaman sekarang ini, diketahui bahwa banyak orang yang sakit kanker
memiliki luka batin yang berat dalam hidupnya. Mereka yang berbeban
berat, depresi, stress, akan langsung dikenali melalui wajahnya.
Sebaliknya, mereka yang suci hatinya akan memancarkan sesuatu yang
menyenangkan pada wajahnya, bahkan sekalipun mereka sedang sakit.
Dengan demikian, fenomena ini mengingatkan kita bahwa kita sebetulnya
adalah bagian dari Tubuh Mistik Kristus dengan Kristus sendiri sebagai
Kepalanya. Kristus yang adalah kepala menjadi sumber rahmat bagi seluruh
anggota tubuh-Nya. Ia menyalurkan segala rahmat, karunia, dan
keindahan-Nya ke seluruh bagian tubuh-Nya. Mereka yang melepaskan diri
dari Kristus sama seperti ranting yang melepaskan diri dari pokoknya
sehingga akhirnya akan mati dan kering. (bdk. Yoh 15:4-5) Semakin kita
mengambil bagian dalam hidup Kristus, semakin kita mengambil bagian
dalam kekudusan dan keindahan-Nya.
“Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik
dari yang satu disampaikan kepada yang lain. Dengan demikian orang harus
percaya bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama. Yang paling utama
dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala. Jadi
milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini
terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (St. Thomas Aquino).
5. Apa yang Ingin Disampaikan Allah?
Allah tentu punya rencana tertentu, mengapa ia membiarkan fenomena yang
istimewa ini terjadi sepanjang sejarah Gereja. Selain menyadarkan kita
akan adanya keterkaitan antara jasmani dan rohani, fenomena jenazah yang
tak rusak ini hendak mengingatkan kita pula akan adanya kebangkitan
orang-orang mati pada kedatangan Yesus yang kedua. Saat itu, mereka akan
menerima kembali seluruh tubuhnya secara utuh.
“Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka
yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal,
tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh
5:28-29).
Pada akhirnya, fenomena ini hendak menunjukkan bahwa sampai saat ini
mujizat masih terjadi. Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui segala
mujizat yang dapat kita saksikan. Allah masih bekerja di tengah-tengah
kita, karena kasih-Nya setia, abadi selamanya.
6. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak dan Masih Dapat Kita Lihat Sampai Saat Ini
§ St. Zita meninggal pada tahun 1272 di sebuah desa dekat kota
Lucca, Italia. Pada tahun 1580, jenazahnya ditemukan tidak rusak dan
akhirnya dibaringkan di Gereja St. Frigidian agar umat dapat
menghormatinya dengan lebih mudah.
§ St. Catherine Laboure (1806-1876), jenazahnya ditemukan utuh
pada tahun 1933. Kini kita dapat melihat jenazahnya di Paris.
§ St. Yohanes Maria Vianney dari Ars, meninggal tahun 1859 dan
jenazahnya ditemukan dalam keadaan baik tahun 1904. Kita masih dapat
melihat jenazahnya di Ars, Perancis.
§ St. Vincentius Palloti meninggal tahun 1850 dan makamnya
dibongkar dua kali, yaitu tahun 1906 dan 1950. Jenazahnya yang tidak
rusak masih dapat kita lihat sekarang di Onda, Italia.
§ St. Teresa Margareta Redi meninggal tahun 1770 dan ditemukan
jenazahnya masih utuh pada tahun 1783. Jenazahnya dapat kita lihat di
Firenze, Italia.
§ St. Andreas Bobola, meninggal tahun 1657. Setelah 40 tahun
kemudian jenazahnya ditemukan masih utuh. Kita dapat melihatnya sekarang
di Warsawa, Polandia.
§ St. Catarina dari Bologna, Italia (1413-1463), jenazahnya
diletakkan dalam keadaan sedang duduk di atas sebuah kursi sampai saat
ini. Berarti, sudah selama sekitar 500 tahun!
§ St. Rita dari Cascia (1381-1457), jenazahnya dapat dilihat
dalam sebuah peti kaca di Cascia, Italia. Kebanyakan orang di sana sudah
terbiasa melihat posisi jenazah St. Rita yang kadang berubah, bahkan
matanya kadang terbuka kadang terpejam, seolah masih hidup.
§ St. Sperandia, meninggal tahun 1276, dan kita dapat melihat
jenazahnya di Cingoli, Italia. Dari dalam tubuhnya keluar suatu
keharuman yang manis.
Sebetulnya masih ada beberapa jenazah orang kudus yang masih dapat
dilihat sampai saat ini karena masih belum rusak, antara lain St. Maria
Goretti (1890-1902), St. Fransiskus Xaverius (1506-1552), St. Anna Maria
Taigi, dan lain-lain.
Sumber http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/jenazah-yang-tidak-membusuk-incorupted.html#ixzz2BpkyzoKa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, Silahkan Tinggalkan Komentar Anda...